Webinar: Strategi Adaptasi UMKM Merespon Dampak Pandemi Corona
Jakarta, 5 Mei 2020 – Salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari pandemi Covid-19 adalah sektor ekonomi, khususnya para pelaku bisnis kecil menengah. Dampak yang dirasakan cukup beragam, mulai dari sepinya pelanggan hingga yang paling parah adalah terpaksa gulung tikar. Di sisi lain, UMKM adalah salah satu sektor yang menunjang perekonomian Indonesia. Ini tentunya menjadi pukulan tersendiri bagi stabilitas ekonomi negara. Pada webinar Strategi Adaptasi UMKM Merespon Dampak Pandemi Corona, dibahas mengenai langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh para pelaku bisnis maupun mereka yang baru akan memulai usahanya.
Dalam menghadapi ketimpangan antara permintaan pasar akan produk-produk tertentu, Dewi Meisari, Co-Founder UKMIndonesia.id, memandang bahwa untuk beberapa kelompok usaha, “bertahan” akan lebih realistis bila memang ada kesulitan untuk “bertumbuh”. Terdapat 7 hal yang dapat dipertimbangkan untuk menjaga keberlangsungan bisnis:
- Menurunkan harga agar dapat dibeli namun tetap menutup biaya operasi.
- Menghemat jam operasi yang akan berkaitan dengan upah karyawan sehingga perlu dibicarakan dengan baik, mengakses program pemerintah yang dapat membantu mengurangi beban biaya misalnya cicilan pinjaman, listrik, pajak, dll.
- Melihat peluang bisnis pada kondisi sekarang dan mengalihkan penggunaan sebagian modal atau karyawan sementara waktu bila memang memberi arus pendapatan.
- Gali informasi sebanyak-banyaknya.
- Manfaatkan waktu untuk belajar dan membenahi usaha contohnya perbaikan logo, sistem keuangan, salinitas, SOP, dll. karena ada perubahan pola konsumen dalam memilih dan membeli produk (khususnya terkait kebersihan serta pengaruh terhadap lingkungan).
- Inovasi produk dan layanan pendukung.
- Mempelajari peluang mendapat mitra untuk bekerjasama sehingga saling mendukung usaha satu sama lain.
Melihat strategi tersebut, adanya perencanaan dan catatan keuangan dalam memulai atau mengembangkan suatu usaha atau bisnis adalah penting. Hal ini berkaitan dengan keberlangsungan dalam kondisi normal maupun tidak normal seperti saat ini yang terganggu oleh pandemi yang menghambat beberapa akses, baik itu untuk mendapatkan bahan baku, rantai pasok maupun pengiriman barang untuk konsumen. Menurut Nurul Munawaroh, selaku Micro Finance Officer dari Yayasan Rumah Energi, di samping perencanaan keuangan seperti dana darurat serta terus mempelajari riwayat keuangan perusahaan, kreativitas dan komunikasi merupakan kunci yang sangat membantu di masa tidak menentu seperti sekarang. Kreativitas untuk memperbaiki model usaha dan komunikasi yang baik dengan konsumen serta supplier merupakan dua kemampuan yang perlu dikembangkan oleh pelaku bisnis agar dapat menjaga kelancaran perputaran biaya operasional.
Bentuk kreativitas dalam mempertahankan bisnis pada masa pandemi ini dapat diwujudkan melalui kolaborasi dengan pelaku bisnis lain. Metode ini telah berhasil dilakukan oleh Gumi Bamboo yang melihat peluang untuk bekerjasama dengan rekan UKM di daerahnya, Lombok, untuk memasarkan produk yang senada dengan bisnis mereka sehingga sama-sama dapat meraih pasar yang lebih luas. Kris Ayu selaku Co-Founder Gumi Bamboo juga mengingatkan bahwa selain model bisnis, pengelompokan pada arus keuangan dan adanya tabungan untuk usaha yang dijalani merupakan hal yang penting. Dengan adanya pengelompokan dana, perusahaan atau pelaku bisnis dapat mengalokasikan dana untuk keperluan yang paling utama. Tabungan untuk usaha sangat membantu pada saat terjadi bencana yang tidak diduga sehingga bisnis masih dapat bertahan sekitar 3-6 bulan.
Berdasarkan pemaparan para narasumber, kiranya UKM dapat belajar dan mampu mengejar peluang serta menciptakan peluang untuk mampu bertahan menghadapi kondisi yang tidak stabil ini. Baik dengan cara menggandeng mitra usaha baru atau memperbaiki sistem operasional, dll. tentunya dengan pertimbangan yang matang.
Materi presentasi panelis dapat diunduh di sini.