Webinar: Peluang Usaha Biogas dalam Membuka Lapangan Pekerjaan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga
Webinar bertajuk Peluang Usaha Biogas dalam Membuka Lapangan Pekerjaan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga yang diselenggarakan pada Rabu, 20 Mei 2020 bertujuan untuk memperkenalkan masyarakat dengan biogas dan peluangnya yang merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang dapat mendorong terwujudnya Indonesia yang bersih dan mandiri di bidang energi. Pada kesempatan ini, Yayasan Rumah Energi (Rumah Energi) mengumpulkan pihak-pihak terlibat dalam program Biogas Rumah (BIRU) yang berupaya mengembangkan dan memperluas pemanfaatan biogas agar terbentuknya pasar biogas, baik dari sektor pembangunan reaktor sampai dengan pengguna hasil biogas sehingga membuka wacana baru tentang potensi dan peluang dari biogas itu sendiri.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh bapak Trois Dilisusendi selaku Kasubdit Penyiapan Program Bioenegi Ditjen EBTKE, Kementrian ESDM, penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia mencapai angka 90%. Jumlah tersebut tergolong tinggi dan kurang sejalan dengan jumlah cadangan dan kemampuan produksinya yang akan semakin menipis dalam beberapa tahun ke depan. Oleh sebab itu, pemerintah menargetkan pada tahun 2025 kontribusi dari bioenergi dapat mencapai angka 23%. Pengembangan energi terbarukan seperti biofuel sebagai substitusi dari minyak tambang, biomassa pengganti batu bara, dan biogas sebagai pengganti gas bumi merupakan suatu keharusan untuk mendukung ketahanan energi nasional, mengurangi konsumsi impor bahan baku fosil serta emisi gas rumah kaca (GRK), dan dapat menghemat devisa Negara serta mendukung ekonomi domestik. Biogas sebagai salah satu pilar ketahanan dan kemandirian energi dinilai mampu mengoptimalkan potensi sumber daya alam, seperti limbah pertanian, peternakan, dan industri yang ada di Indonesia sebagai bahan baku biogas; turut andil dalam mengurangi impor LPG; memberikan produk gas dan endapan dari fermentasi (berbentuk cair atau padat) yang dapat digunakan di bidang pertanian, serta mengurangi pencemaran lingkungan akibat gas metan (CH4) dengan menjadikannya bahan bakar. Gas yang diperoleh dari biogas dapat digunakan untuk memasak, diubah menjadi listrik, serta produk sampingannya sebagai pupuk alami atau pakan ternak. Kebutuhan gas di dalam negeri yang cukup tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi dan sumber yang terbatas menyebabkan dibutuhkannya impor demi memenuhi kebutuhan. Masalah ini dapat berubah menjadi peluang yang besar untuk pengembangan biogas guna mengurangi pemakaian gas bumi. Kehadiran biogas membuka peluang usaha baru mulai dari tahap edukasi, terbukanya lapangan pekerjaan khususnya untuk pembangunan fasilitas biogas atau penyedia alat biogas, pengembangan bisnis energi yang ramah lingkungan dan multiproduk, serta pemasaran produk melalui koprasi masyarakat sehingga terintegrasi dengan kegiatan ekonomi lain dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kisah bapak Akhmad Sutrisno selaku salah satu pengguna instalasi biogas dapat memberi gambaran tentang potensi biogas dalam mendukung biaya hidup. Dengan memanfaatkan biogas, beliau mampu menghemat biaya tabung LPG sebesar Rp 600.000,- per tahun untuk kebutuhan dapur 7 orang anggota keluarga. Selain energi gas, adanya hasil fermentasi (bio-slurry) berbentuk padat maupun cair dari kotoran hewan yang merupakan bahan baku biogas juga memberikan nilai tambah untuk dijadikan pupuk alami maupun sebagai campuran pakan ternak. Tantangan yang dihadapi dalam proses mendapatkan manfaat dari biogas ini adalah komitmen untuk merawat instalasi biogas baik dengan terus mengisi tabung fermentasi yang kadang dianggap menjijikan ataupun pengecekan rutin kondisi reaktor biogas sendiri.
Komitmen dalam merawat dan menjaga reaktor biogas ini perlu dimulai sejak pembangunan dilakukan oleh mitra konstruksi program BIRU atau bisa dengan Construction Partner Organization (CPO) yang terlatih dan terdaftar, contohnya tenaga dari CV Riski Abadi dari Sulawesi Selatan yang mendapatkan pembekalan dari Rumah Energi. Tak hanya itu, setelah pembangunan reaktorpun, adanya pelatihan pengguna dalam operasi dan perbaikan biogas dilakukan dan juga layanan purna jual. Tentunya kelancaran kegiatan pembangunan dan penggunaan biogas ini melibatkan beragam sektor baik masyarakat, swasta, maupun pemerintahan. Kerjasama antar masyarakat sendiri dapat mengembangkan kehidupan roda ekonomi daerahnya sendiri.
Sejak 2010, Rumah Energi telah bekerja sama dengan Nestle dan juga koperas-koperasi yang menaungi peternak sapi perah di Jawa Timur untuk pengadaan biogas. Faiza Anindita perwakilan dari Nestle, menjelaskan bahwa salah satu kesulitan yang dihadapi oleh peternak kecil merupakan biaya. Oleh karena itu, kerja sama ini memberikan keringanan pembiayaan untuk para calon pengguna dengan adanya subsidi yang dilakukan oleh Rumah Energi dan Nestle dan soft loan yang dilakukan oleh koperasi. Contohnya adalah pemberian kredit dari koperasi desa untuk membantu pembiayaan pembangunan biogas di salah satu peternakan. Pembayaran kredit secara rutin dilakukan oleh peternak peminjam dengan menyetorkan sebagian susu hasil perah kepada koperasi tanpa dibayar sebagai pengganti biaya kredit sehingga mempermudah peternak untuk menyelesaikan cicilan.
Berdasarkan informasi-informasi di atas, dapat kita pahami bahwa sangat perlu untuk mengenal kondisi alam dan tenaga energi baru agar bersinergi dengan komponen alam lainnya. Tidak hanya sebagai cadangan energi pengganti, tetapi juga agar kita dapat semakin jeli melihat peluang usaha dari bagian-bagian di mata rantai biogas. Mulai dari hulu bahan baku sampai dengan hilir penggunaan biogas.
Materi pemaparan panelis dapat diunduh di link ini.