Memasak jadi Lebih Mudah dan Murah
Seperti orang-orang di desa Bulukumba, Sulawesi Selatan, Normah dan suaminya, Rizal, memiliki mata pencaharian sebagai peternak sapi dan petani. Dia menjalankan bisnis penggemukan dan pengembangbiakan ternak. Setidaknya 11 sapi selalu tersedia di kandang. Dalam mendukung ekonomi keluarganya, ia dibantu oleh Normah, istrinya yang menjadi Guru Bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama, SMPN 1 Tanete. Selain mengajar dan membantu suaminya, Normah juga membantu meningkatkan pendapatan keluarganya dengan berjualan di kios yang dimiliki oleh Kabupaten Bulukumba, 200m dari rumahnya, Kios Azahrah. Dia menggunakan kios secara gratis karena dipinjamkan oleh pemerintah kabupaten Bulukumba. Sejak menjadi pengguna biogas domestik, ia tidak perlu lagi membeli tabung LPG untuk membuat keripik pisang dan berbagai kue untuk dijual. Sekarang, Ibu Normah dapat menghemat uang tambahan untuk membantu penghasilan keluarganya.
“Kami memproduksi keripik pisang dan berbagai kue untuk dijual di kios menggunakan biogas rumah (BIRU) kami sendiri sebagai penghasilan tambahan bagi keluarga. Tapi, untuk saat ini, produksinya terhenti karena kios tutup dan pasokan bahan baku juga kurang karena ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB), ”kata Normah.
Pada pertengahan 2017, Rizal dan Normah menerima informasi dari kepala kelompok ternaknya, Mabbulo Sibatang, bahwa akan ada bantuan biogas. Pada saat itu, mereka tidak tahu apa-apa tentang biogas dan berpikir bahwa bantuan itu akan bermanfaat. Dia kemudian menyampaikan kesediaannya untuk mendapatkan bantuan reaktor biogas kepada ketua kelompok.
Setelah pembangunan, Rizal mulai merasakan manfaat reaktor biogas yang diterimanya. Istrinya tidak lagi membeli LPG dan bahkan menggunakan biogas untuk memasak keripik pisang yang dijual di kiosnya. Dia juga mulai mencoba menggunakan bio-slurry untuk merica / lada dan tanaman cengkeh di kebunnya. Dari kebun seluas ½ hektar, ia memiliki setidaknya 50 pohon lada dan 20 pohon cengkeh. Setiap dua minggu, ia memberikan 1 liter bio-slurry segar untuk setiap pohon lada, sedangkan untuk pohon cengkeh ia memberikan 5 liter bio-slurry. Dia melihat perubahan pada tanaman yang menjadi lebih subur dan lebih gemuk. Hasil merica juga meningkat dari awalnya hanya 3 karung menjadi 4 – 4,5 karung sekaligus. Lada juga menjadi lebih besar dan lebih berat. Namun kendala baginya adalah jarak taman yang cukup jauh dari rumahnya. Setiap hari dia harus menempuh jarak 3 km untuk membawa bio-slurry dari reaktor biogasnya ke kebun sebelum disiramkan ke tanamannya.
“Biogas sangat bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga saya, dapat menghemat uang untuk pembelian tabung gas dan saya sangat terbantu dengan keberadaan biogas,” klaim Rizal.