Gerakan Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Merespon Pandemi COVID-19
Pemanfaatan Bio-slurry di desa binaan Slametharjo sudah mengalami peningkatan seiring terjadinya perubahan pola pikir petani khusunya pengguna Biogas Rumah, akan tetapi petani perlu mendapatkan motivasi untuk melihat kualitas bio-slurry dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan pertanian. Salah satu strategi yang diambil untuk memotivasi user dan petani di desa Slametharjo adalah dengan “Gerakan Penanaman Tanaman Obat Keluarga” dengan pengaplikasian bio-slurry pada tanaman tersebut.
Ada pun jenis tanaman obat keluarga (TOGA) yang akan dikembangkan adalah: jahe putih, kunyit kuning dan putih, temulawak, temu ireng dan temu kunci, yang akan dibudidayakan di dua titik pada masing-masing dusun. Ketiga jenis tanaman tersebut saat ini menjadi komoditi yang sangat diminati pasar berkaitan dengan adanya pandemi Covid–19. Kegiatan ini melibatkan PKK, KWT dan Karang taruna atas inisiasi bersama Rumah Energi dan JOB Pertamina Medco E & P Tomori Sulawesi dalam rangka program Pengembangan Kawasan Ekonomi Produktif melalui Konservasi Energi dan Pertanian Berkelanjutan.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kepercayaan petani dan keluarga petani terhadap kualitas bio-slurry yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk kimia untuk peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi pertanian. Selain itu, dengan terlaksananya kegiatan ini juga diharapkan mampu mengubah pola pikir petani terhadap ketergantuangan terhadap pupuk kimia. Dan yang terpenting adalah menjadi pembelajaran bagi para ibu–ibu PKK, KWT dan Karang taruna dalam pemanfaatan bio-slurry untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga dan juga kelompok masyarakat.