Satu Dekade Program BIRU, 25.157 Biodigester Terbangun
Pemerintah Indonesia c.q. Kementerian ESDM bersama Pemerintah Belanda c.q. Hivos, telah meluncurkan Program Biogas Rumah (BIRU) sebagai program multi-stakeholder yang bertujuan untuk berkontribusi pada kemakmuran ekonomi dan pengurangan kemiskinan di Indonesia dengan menyediakan akses ke energi bersih dan terjangkau melalui pengembangan biogas.
Memperingati satu dekade hadirnya program BIRU di Indonesia, Kementerian ESDM menggelar pembelajaran secara virtual yang bertajuk “Satu Dekade Program Biru Indonesia”. Pengembangan biogas rumah ini merupakan salah satu dari program pengembangan bioenergi yang berkontribusi pada pencapaian penyediaan EBT 23% pada tahun 2025. Sampai dengan tahun 2021, Program BIRU telah memfasilitasi terbangunnya 25.157 unit biodigester dan telah memobilisasi pendanaan sebesar lebih dari Rp 200 milyar.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada Hivos dan Yayasan Rumah Energi atas sumbangsih pemikiran dan kontribusinya dalam mendukung program pengembangan sektor energi skala kecil selaku mitra pelaksana program biogas rumah (BIRU) di berbagai wilayah Indonesia”, ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana, mewakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral membuka acara tersebut, Selasa (23/3).
Program BIRU telah menyumbang lebih dari 50 persen unit terpasang biodigester di Indonesia. Total hingga 2021 terdapat 47.998 unit biodigester terpasang secara nasional. Diharapkan melalui pembelajaran ini masyarakat dapat belajar dari kisah sukses, pengetahuan dan pembelajaran Program BIRU serta menggunakan momentum ini dalam mengakselerasi pencapaian target 1.000.000 unit biodigester berbasis pasar.
Satu dekade setelah diluncurkan tahun 2009, Program BIRU telah menjangkau lebih dari 119.000 orang penerima manfaat. Tak hanya itu, penghasilan tambahan maupun penghematan pengeluaran juga dinikmati dari pengurangan pembelian LPG 3 kilogram, pembelian pupuk kimia dan pendapatan dari bisnis bioslurry (pupuk alami). Pendekatan ini menerapkan sebuah konsep ekonomi sirkular yang menghubungkan pemanfaatan limbah organik, akses energi terbarukan dan ketahanan pangan.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Regional Asia Tenggara Hivos, Biranchi Upadhyaya mengungkapkan bahwa di tengah kesulitan pandemi Covid-19, justru para pelaku dan pengguna biogas memiliki ketahanan yang paling besar. “Biogas mampu mandiri menciptakan penerangan dan energi memasak gratis disamping menyediakan sumber pangan lokal bagi keluarga dan penghasilan dari hasil pertanian melalui pemanfaatan pupuk dari ampas biogas untuk mendukung pertanian berkelanjutan”, ujar Biranchi.
Dari sisi pembukaan lapangan pekerjaan, Program BIRU telah membangun kapasitas 1.444 UKM Mitra Konstruksi (Construction Partner Organization) yang terlatih. Dengan moto “Olah Limbah Jadi Berkah”, program BIRU telah menerapkan prinsip Ekonomi Sirkular yang menekankan pada (desain) pengolahan sampah, mempertahankan nilai ekonomi selama mungkin, dan memaksimalkan yang dapat terbarukan. Dengan demikian, sektor biogas diprediksi dapat berkontribusi pada pengurangan limbah dan emisi karbonnya, menyediakan energi bersih skala kecil, dan membuka lapangan kerja (hijau) bagi Usaha Kecil, dan Menengah (UKM).
Skema pembiayaan campuran (blended finance) diterapkan dengan tujuan untuk meringankan biaya investasi bagi pengguna biogas. dari koperasi atau credit union, APBN, APBD, CSR perusahaan dan carbon credit, skema ini diharapkan dapat. Saat ini Program BIRU telah bermitra dengan 34 koperasi dan Credit Union (CU) yang telah menyalurkan pembiayaan biogas kepada masyarakat di tingkat tapak. Hingga akhir tahun 2019, secara kumulatif Program BIRU telah menurunkan emisi sebesar 370.000 ton CO2e.
Pada akhir bulan Maret 2021 akan dilakukan serah terima Program BIRU sepenuhnya dari Hivos ke YRE sehingga tangung jawab penuh pengelolaan program akan dilakukan oleh YRE. Koordinasi pelaksanaan Program BIRU tetap dilakukan dengan Direktorat Jenderal EBTKE terkait rencana kerja Program BIRU, sinkronisasi data capaian pengembangan biogas dengan kementerian/lembaga lainnya yang merupakan target pada RPJMN 2020-2024, penyusunan Roadmap Biogas dan diskusi mengenai kelanjutan program salah satunya terkait pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus untuk implementasi Program BIRU.
“Dalam merayakan satu dekade implementasi Program BIRU, kami beserta para pemangku kepentingan berkomitmen untuk meningkatkan agilitas dan berinovasi baik dari segi teknis maupun model bisnis. Tahun 2021 ini kami mengujicobakan 2 varian baru biogas serta pengaplikasian sensor jarak jauh untuk memonitor performa biogas BIRU. Kedepannya kami berharap semakin banyak koperasi, lembaga perbankan dan fintech yang dapat berkolaborasi dibawah Program BIRU,” ujar Rebekka S. Angelyn selaku Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM akan terus mendukung pengembangan biogas untuk sektor rumah tangga, karena program ini mendorong akses energi bersih yang terjangkau, mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk pembelian bahan bakar, sejalan dengan pengarusutamaan gender dan menjadi penggerak aktivitas sosial ekonomi, karena hasil sampingan biogas, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan hasil pertanian maupun sebagai peluang usaha kecil dan menengah.
Pengintegrasian program pengembangan biogas dengan sektor produktif yang lain, merupakan cara yang efektif dan efisien dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, terlebih pada masa pandemi ini. Keterlibatan masyarakat yang cukup dominan dalam program ini, dapat sejalan dengan Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional pasca pandemi Covid-19. (DLP/KO)
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama
Agung Pribadi (08112213555)