Penanganan Wabah dan Vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Penanganan Gangguan Reproduksi pada Ternak Sapi Perah bersama Sarihusada dan Universitas Gadjah Mada
Jakarta – Desember 2022, Indonesia kembali dilanda wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada awal April 2022 lalu, setelah sebelumnya bebas dari wabah tersebut sejak 36 tahun terakhir. Kementerian Pertanian kemudian menetapkan PMK sebagai wabah penyakit menular pada hewan ternak di Indonesia per tanggal 7 Mei 2022. Menyebarnya wabah PMK telah membawa dampak perekonomian yang besar terhadap kegiatan usaha peternakan sapi perah. Dampaknya pun berantai, selain sapi perah mati akibat penyakit, sapi yang sakit akhirnya dipotong paksa dengan penurunan harga yang signifikan. Sedangkan sapi yang pulih produksi susunya akan menurun. Berkenaan dengan itu, akhir Juni lalu Yayasan Rumah Energi (YRE) menyelenggarakan forum diskusi bersama para ahli dan praktisi untuk menghimpun informasi dan langkah mitigasi yang tepat. Hasil diskusi tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah buku saku Panduan Pencegahan dan Penanganan PMK yang didistribusikan untuk para peternak.
Sejak Agustus 2022, YRE bersama PT. Sarihusada Generasi Mahardika (SGM) dan Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) secara intens melakukan serangkaian kegiatan seperti penyuluhan, pemeriksaan, pengobatan, hingga vaksinasi kepada sapi perah milik peternak koperasi binaan SGM di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman di Provinsi D.I. Yogyakarta. Selama 4,5 bulan, sejumlah 14 orang tenaga dokter hewan melakukan pemeriksaan, pengobatan dan vaksinasi. Selain itu, sekitar 25 orang mahasiswa kedokteran hewan secara bergilir melakukan pendataan dan koasistensi reproduksi sapi di masing-masing koperasi.
Dalam kurun waktu tersebut, rincian aktivitas yang dilaksanakan adalah penanganan kesehatan sapi yang sakit PMK dan pemulihan pasca PMK; pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada peternak dengan topik PMK serta Lumpy Skin Disease (LSD); pelaksanaan biosekuriti untuk pencegahan PMK; penanganan gangguan reproduksi pada sapi yang bertujuan untuk meningkatkan angka kebuntingan, memperbaiki performa reproduksi dan produksi susu menjadi normal; serta vaksinasi PMK.
Dengan dukungan penyediaan 300 dosis vaksin dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, 150 ekor sapi perah KJUB Puspetasari di Banyusri telah mendapatkan vaksin PMK dosis I pada 27 Desember 2022. Penerimaan peternak terhadap vaksin serta kondisi kesehatan ternak menjadi kunci penting dalam proses vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan ternak terhadap PMK.
Hingga Desember 2022, sebanyak 317 orang peternak sapi perah telah berhasil mendapatkan edukasi melalui penyuluhan oleh FKH UGM maupun secara mandiri oleh koperasi. Adapun untuk penanganan medis bagi ternak sapi perah, tercatat sebanyak 199 ekor sapi sakit telah diperiksa dan diberikan penanganan yang dibutuhkan, seperti: terapi vitamin dan nutrisi, terapi hormon, serta pengobatan infeksi dan abses. Sebanyak 70% dari seluruh sapi yang mendapat penanganan medis diberikan terapi hormon (GnRH dan PGF2a) untuk pemulihan reproduksi pasca PMK demi menstimulasi kembali normalnya siklus reproduksi agar sapi dapat bunting. Karena kondisi reproduksinya sudah pulih setelah mendapat pengobatan, sebanyak 244 ekor sapi menerima inseminasi buatan (IB). Dari IB yang dilakukan oleh koperasi tersebut, sebanyak 87 ekor sapi berhasil bunting kembali. Sementara angka kesembuhan pada sapi yang diperiksa dan diberi pengobatan mencapai 90%.
Ditulis oleh: Danastri Widoningtyas
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan