Mendorong Praktik Pertanian yang Baik Melalui Proyek Local Milk Sourcing
Susu merupakan pangan yang menjadi kebutuhan tambahan untuk semua kalangan, mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa, hingga lansia untuk memenuhi kecukupan gizi. Artinya, kebutuhan susu tidak terbatas oleh umur dan sangat dibutuhkan. Namun, perlu kita tahu bahwa dalam mendapatkan susu yang siap konsumsi, ada peran peternak yang sangat berpengaruh untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Peternak merupakan garda terdepan yang mengelola budidaya sampai memproduksi hasilnya untuk didistribusikan kepada konsumen. Meskipun menjadi garda terdepan dalam produksi susu, ternyata masih banyak kendala dan kesulitan yang dirasakan peternak selama proses budidaya berlangsung. Beberapa contoh dari bagian kendala tersebut yaitu kesulitan dalam mendapatkan pakan yang berkualitas baik, harga susu yang tidak stabil, dan limbah dari budidaya yang belum dikelola.
Yayasan Rumah Energi (YRE) melalui proyek Local Milk Sourcing bertujuan untuk memperkuat ketahanan peternak sapi perah lokal melalui Good Farming Practices, meningkatkan pengelolaan lingkungan melalui instalasi biogas, dan melakukan inisiatif percontohan skala kecil untuk meningkatkan efisiensi kerja petani dalam produksi dan kualitas susu. Langkah strategis yang dilakukan dalam proyek tersebut salah satunya adalah kegiatan need assessment kepada kelompok ternak. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi awal untuk penyusunan kegiatan program yang tepat, sesuai dengan yang dibutuhkan peternak dan menggali informasi awal dari peternak. Need assessment dilakukan kepada tiga kelompok ternak yang ada dibawah naungan koperasi PUSPETASARI, UPP Kaliurang, dan SAMESTA. Masing-masing kelompok ternak tersebut terdiri dari Bapak dan Ibu peternak. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Februari 2023 di Klaten, Cangkingan Sleman, dan Kaliurang.
Ditemukan beberapa informasi yang didapatkan di kegiatan need assessment seperti harga susu yang masih fluktuatif tidak stabil, harga pakan konsentrat yang tidak sesuai dengan cost pendapatan, dan wabah penyakit PMK dan LSD yang masih menghantui dalam budidaya sapi perah. Selain itu, juga diperoleh informasi dari kebutuhan untuk pengembangan modul, pelatihan yang mudah dipahami, pendampingan yang rutin dan monitoring kegiatan setelah pelatihan. Secara lebih rinci, tantangan yang dihadapi peternak yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut:
- Produksi susu yang rendah muncul ketika sapi perah mengalami wabah PMK. Penurunan setelah PMK di masing-masing peternak rataannya mencapai 5-7 liter atau setengah dari produksi susu normal sapi perlaktasi. Dalam kondisi normal, sapi perah mampu mencanpai produksi susu lebih tinggi 15-16 liter/hari. Namun, kenyatannya sekarang sangat sulit untuk kembali ke performa terbaik sapi untuk menghasilkan susu dengan volume yang tinggi.
- Harga susu menjadi bagian dari tantangan yang sudah menjadi keseharian dalam budidaya sapi perah. Harga susu yang murah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok peternak untuk kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga menyebabkan peternak meminjam uang kepada koperasi atau menjual sapi untuk kebutuhan anak sekolah dan kebutuhan mendesak lainnya.
- Harga pakan konsentrat yang mahal menjadi beban materi terutama modal usaha untuk keberlangsungan beternak. Peternak membeli pakan konsentrat melalui koperasi dan ada juga sebagian yang membeli di luar dari koperasi.
- Penyakit mastitis, dan PMK yang menyerang dalam proses budidaya menyebabkan penurunan performa dari susu yang dihasilkan. Apalagi muncul penyakit LSD (Lumpy skin desease) penyakit yang menyerang kulit sapi. Sehingga, menyebabkan peningkatan biaya operasional untuk pengobatan dan menyebabkan pengeluaran modal tambahan.
- Tingkat kebuntingan yang rendah menjadi masalah serius. Beberapa ditemukan informasi ada sapi yang sudah dilakukan Inseminasi Buatan (IB) sebanyak 3-4 kali namun tidak berhasil bunting.
- Peternak masih terkendala dalam peningkatan kapasitas beternak dan belum menerapkan beternak dengan model Good Farming Practices. Apalagi dalam pemanfaatan limbah ternak yang belum maksimal. Berdasarkan data, hanya sekitar 5-10% saja peternak yang sudah ada biogas.
Dengan adanya proyek Local Milk Sourcing yang disertai pelatihan, pendampingan, dan pendekatan kepada peternak diharapkan dapat membantu peternak untuk mengembangkan usaha sapi perah yang lebih produktif, dan kualitas susu yang dihasilkan dapat mendorong harga susu yang lebih baik. Proyek ini juga diharapkan dapat membantu peternak mengelola usaha peternakan sapi perah dengan menerapkan good farming practices agar budidaya lebih bersih dari produksi sampai pengolahan limbahnya. Selain itu, adanya program dapat membantu meningkatkan kapasitas beternak dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak.
Ditulis oleh: Muhammad Ilham
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan