Webinar: Pentingnya Kesehatan Tanah untuk Menunjang Produktivitas Pertanian dan Kelestarian Ekosistem
Jakarta – Kegiatan webinar bertajuk “Pentingnya Kesehatan Tanah untuk Menunjang Produktivitas Pertanian dan Kelestarian Ekosistem” yang diselenggarakan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) dan Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah dilaksanakan pada Selasa (16/05) secara daring.
Webinar ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesadartahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan tanah, berbagi praktik baik dari para praktisi, dan membuka peluang kolaborasi yang berkelanjutan untuk menunjang pertanian yang berlandaskan kelestarian ekosistem. Kegiatan webinar dipandu oleh Sandra Pratiwi (Strategic Engagement – PISAgro) selaku moderator acara. Acara dibuka dengan sesi survey menggunakan slido.com untuk mengetahui wawasan para peserta terkait permasalahan kesehatan tanah dan dampak perubahan iklim terhadap kualitas dan Kesehatan tanah. Survey singkat ini juga menjadi landasan awal untuk para narasumber dalam memberikan pemaparan maupun diskusi tanya-jawab dengan peserta.
Dede Sulaeman (Research Lead for Peatland – WRI Indonesia) selaku narasumber memberikan pemaparan tentang Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Tanah. Dalam pemaparannya, Dede mengungkapkan bahwa adanya peningkatan suhu mengakibatkan penurunan kandungan bahan organik tanah, menurunkan kelembapan tanah, dan menurunkan struktur tanah. Kemudian, meningkatnya curah hujan akibat perubahan iklim juga menyebabkan pencucian unsur hara, menurunkan kandungan bahan organik tanah, dan erosi tanah. Menurutnya, perubahan iklim tak hanya mengakibatkan peningkatan curah hujan, tapi juga menurunkan curah hujan yang berimbas pada salinasi tanah dan menurunkan ketersediaan unsur hara.
Narasumber selanjutnya Dr.Ir Ladiyani Retno Widowati, MSc (Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk) Kementerian Pertanian memaparkan tentang Kondisi Kesehatan Tanah di Indonesia. Dalam pemaparannya disampaikan bahwa Indonesia sejak tahun 1930-2010 khusunya di Pulau Jawa, semakin lama semakin turun kandungan C organiknya. Pada tahun 2011-2019, penggunaan bahan organik rendah sehingga terjadi proses pelapukan yang intensif, tempratur dan curah hujan tinggi, dan perubahan penggunaan lahan juga turut memperparah kondisi tanah. Parameter Kesehatan tanah yang paling mudah diamati/diukur adalah warna tanah, aktifitas fauna dan mikroba tanah, respirasi fauna dan mikroba tanah. Ibu Retno juga mengungkapkan bahwa untuk menjaga dan memulihkan kesehatan tanah dapat dilakukan berbagai cara.
“Teknis upaya untuk menjaga dan memulihkan kesehatan tanah dapat dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu rekapitulasi C-organik tanah, mengembalikan jerami kedalam tanah, menambahkan pembenah tanah yang tepat, memupuk dengan pupuk organik, pemupukan berimbang (pembenah tanah – pupuk organik – pupuk anorganik – pupuk hayati), penanaman berotasi, penggunaan alsin yang sesuai luasan tanah dan levelling atau terasering, hemat air, dan tidak menggunakan herbisida dan pestisida berlebihan.”
Pemaparan ketiga oleh Ibu Naomi Distrina Ginting (Alternative Livelihood Officer – PT SMART) tentang Pertanian Regenaratif. Ia menjelaskan program pertanian regeneratif merupakan sistem yang menggunakan pendekatan Pertanian Ekologis Terpadu (PET) dengan menggunakan Teknik-teknik perbaikan lahan pertanian termasuk perbaikan sistem pertanian termasuk perbaikan untuk berbagai jenis komoditas tanaman (hortikultura), ternak dan perikanan agar terjadi peningkatan tanpa mencemari lingkungan. Menurutnya, tantangan PET adalah sosial budaya/pola pikir masyarakat yang belum terbiasa menerapkan pola intensif, respon yang lambat, manajemen waktu masyarakat belum tepat sasaran, modal besar karena pembukaan lahan cenderung memakai alat berat. Ia menambahkan, solusi dari permasalahan tersebut diantaranya adalah melakukan pendekatan sekolah lapangan dan kebun belajar, membuka wawasan berpikir tentang mengelola lahan sendiri, membantu membuka lahan kebun masyarakat dengan alat berat perusahaan.
Sesi pemaparan terakhir dilakukan oleh Nino Dewa Brisal (Business Development PT Pupuk Suburkan Negeri). Nino menjelaskan bahwa pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu implementasi konsep ekonomi sirkular. Saat ini, tidak semua pengolahan pupuk organik sesuai dengan konsep ekonomi sirkular, pengolahan pupuk organik yang ideal terhadap elemen kunci ekonomi sirkular adalah pengolahan kotoran ternak yang diproses melalui biodigester. Biru Slurry merupakan produk pupuk organik PT Pupuk Suburkan Negeri, yang merupakan residu hasil proses fermentasi anaerob biogas dalam biodigester. Manfaat dari penggunaan Biru Slurry adalah sebagai soil conditioner dengan nutrisi lengkap dan kualitas tinggi, bio-activators yang menjadi sumber makanan cacing tanah, fitohormones untuk pertumbuhan tanaman dapat berfungsi sebagai pestisida organik dan fungisida. Nino juga menambahkan, keunggulan Biru Slurry diantaranya adalah memiliki kandungan yang penting untuk kesehatan tanah yang bersifat lepas lambat (nutrisi dilepaskan perlahan dengan seiring waktu sehingga tanah stabil), antara lain C-organik 15.18%, C/N Ratio 14.05%, PH 8.45%, Nitrogen 1.08%, P2O5 5.03% K2O 0.44%, Fe tersedia 5.40ppm dan Zn 314.18ppm. Kandungan lain pada Biru Slurry adalah Asam Amino, Asam Humat, Asam Lemak, Antibiotik, Vitamin B12, Asam organik, Auxin dan Sitokinin.
“Dengan mengaplikasikan Biru Slurry tanah lebih gembur, tanah lebih lama menahan air, tanah lebih bernutrisi, aktifitas cacing dan probiotik meningkat. Tanah yang sehat dapat menstabilkan ekosistem, tumbuhan menjadi sehat sehingga manusia juga sehat.” Kata Nino, “Aplikasi Biru Slurry juga meningkatkan keuntungan rata-rata bisa mencapai 54,46% per ha.” Tambahnya.
Setelah sesi pemaparan dilakukan sesi survey kedua. Sesi ini merupakan lanjutan dari survey sebelumnya untuk mengetahui wawasan peserta khususnya dalam implementasi dan pengalaman menggunakan pupuk. Selanjutnya sesi diskusi tanya-jawab dengan peserta dilaksanakan melalui dua cara, yaitu bertanya langsung dan melalui fitur Q&A. Pada kesempatan tersebut peserta secara interaktif memberikan pertanyaannya yang kemudian dijawab atau ditanggapi oleh narasumber webinar. Beberapa pertanyaan yang dituliskan melalui Q&A chat box juga dipilah oleh moderator dan direspon dengan tanggap oleh narasumber.