Pelatihan Gender Action Learning System (GALS) untuk Penerima Manfaat Proyek Pro Women for Renewable Energy
Ketimpangan gender yang dialami perempuan dalam akses terhadap energi terbarukan akan menyebabkan perempuan terjebak dalam ketidakberdayaan. Penguatan kesetaraan gender untuk akses yang adil terhadap energi terbarukan menjadi penting untuk dilakukan. Untuk itu, pendekatan GALS (Gender Action Learning System) dibekali kepada para penerima manfaat melalui pelatihan dalam upaya mempersempit kesenjangan gender yang ada di tengah masyarakat. Pelatihan GALS menitikberatkan kesetaraan gender pada aktivitas pembangungan dan model bisnis, yang dalam hal ini berkaitan erat dengan pengembangan energi terbarukan. Pelatihan ini akan membantu meningkatkan kesadaran gender dan sosial penerima manfaat dengan mengaplikasikan pendekatan GALS untuk mempersempit kesenjangan yang ada di tengah masyarakat.
Berdasarkan hasil assessment awal yang dilakukan di tiga KWT di tiga desa di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu KWT Kaki Rinjani Desa Karang Sidemen, KWT Suli Asli Desa Aik Berik dan KWT Elong Tuna Desa Lantan, diketahui bahwa komoditas yang dihasilkan adalah kopi dan juga makanan ringan seperti kripik pisang, selai pisang, dan olahan lainnya. Proses pengolahan komoditas tersebut memerlukan waktu selama sepuluh hingga dua belas jam per hari untuk proses produksi kopi dan selai pisang. Dalam proses pengolahannya, terdapat tahapan pengeringan yang memakan waktu paling banyak karena masih menggunakan cara yang konvensional (penjemuran di bawah sinar matahari). Proses pengeringan yang konvensional ini juga memiliki tantangan tersendiri pada saat cuaca hujan, sehingga seringkali menghasilkan biji kopi dengan kering yang tidak merata dan kualitas kopi yang kurang bagus. Selain pada proses pengeringan, jam kerja yang panjang juga untuk proses penggorengan kopi atau pun pisang. Bahan bakar yang dipakai saat ini kebanyakan masih menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari membeli atau juga mengambil dari kebun hingga hutan.
Proses pengolahan tersebut terutama pada tahap pengeringan dan penggorengan masih lebih banyak dilakukan oleh perempuan, sedangkan beriringan dengan proses tersebut perempuan juga masih terbebani dengan pekerjaan domestik rumah tangga (memasak, menyapu, mencuci, dan lainnya). Akibatnya, perempuan memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk terlibat dalam kegiatan sosial di desa, mendapatkan akses pelatihan, hingga akses informasi yang masih minim.
“Laki-laki dan perempuan diciptakan dengan hak dan kewajiban yang setara, sehingga seharusnya perempuan mendapatkan akses yang sama dengan laki-laki. Dan dalam rantai produksi perempuan dan laki-laki memiliki peran yang setara.” Kata Yuni Riawati, Gender Officer Prowomen for Renewable Energy.
Pendekatan GALS yang diterapkan menggambarkan permasalahan saat ini yang terjadi dalam lingkup desa atau lingkungan para penerima manfaat. Dalam GALS juga dilakukan penyampaian impian dari tiap kelompok, sehingga dapat diidentifikasi peluang-peluang yang dapat dilakukan untuk mencapai impian terkait dengan pengarusutamaan gender dan kewirausahaan melalui pengembangan energi terbarukan. Hasil assessment sebelum pelatihan GALS dilaksanakan membuktikan bahwa dalam perjalanan bisnis dan keseharian, perempuan lebih banyak mengambil peran pada aktivitas produksi, serta masih juga terbeban dengan pekerjaan domestik rumah tangga, namun dalam akses terhadap informasi masih sangat minim terutama terkait dengan energi terbarukan. Melalui pelatihan GALS, seluruh kelompok (KWT, perempuan wirausaha, petani kopi, dan anak muda) diberikan gambaran mengenai kondisi perempuan dalam aktivitas bisnis, sehingga seluruh kelompok dapat memahami apa yang dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok dalam mempersempit kesenjangan gender.
Analisis yang digunakan dalam pelatihan GALS seperti perjalanan bisnis impian, pohon usaha energi terbarukan, dan pemetaan pasar dapat memaparkan bagaimana kondisi saat ini pada setiap desa hingga apa impian yang dapat dicapai oleh setiap desa pada akhir program. Harapannya, melalui pelatihan GALS dengan pembuatan rencana aksi, diiringi semangat dan konsistensi dari penerima manfaat, dan hadirnya pemerintah desa dengan kebijakan yang mendukung, akan terjadi perubahan yang baik bagi penerima manfaat dalam mendapatkan akses energi terbarukan dan meminimalisir kesenjangan gender.
“Sebagai perempuan yang berwirausaha, beban dalam pekerjaan rumah tangga merupakan sebuah tantangan, namun dengan begitu kita dapat menjadi perempuan yang luar biasa.” Ucap Rukiyah, Perempuan Wirausaha dari Desa Aik Berik.
Ditulis oleh: Nannuba Hilma Azhury Annur
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan