Seminar Pembelajaran Transisi Koperasi Hijau yang Adaptif Perubahan Iklim di Provinsi Jawa Tengah

Seminar Pembelajaran Transisi Koperasi Hijau yang Adaptif Perubahan Iklim di Provinsi Jawa Tengah

Yayasan Rumah Energi (YRE) telah melaksanakan proyek dengan tajuk kegiatan “Local Cooperatives as Agent of Change in Climate Change Adaptation” atau Green Cooperative Adaptation Readiness (GENCAR). Proyek ini telah dimulai sejak Juli 2023 hingga Juli 2024, yang mana pada tanggal 20 Juli 2024 lalu menjadi rangkaian terakhir dari GENCAR.

Acara tersebut terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan seperti aktivitas diskusi, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan oleh berbagai koperasi yang terlibat aktif dalam program ini. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap isu Koperasi Hijau yaitu dari pihak DLHK Provinsi Jawa Tengah, Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Koperasi UKM, dan lain-lain.

irektur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Sumanda Tondang
Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Sumanda Tondang

Kegiatan seminar diawali dengan sambutan oleh Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Sumanda Tondang yang mengungkapkan tujuan utama dari seminar pembelajaran tersebut. “Fokus dari kegiatan ini merupakan perwujudan kegiatan masyarakat yang berdaya dalam lingkup energi terbarukan dan juga ketahananan pangan. Harapannya, melalui program Koperasi Hijau ini koperasi bisa menjadi studi kasus, menjadi contoh nyata dalam praktik-praktik sustainability,” ungkap Sumanda.

Sementara itu, Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi menjelaskan bahwa hal yang dilakukan YRE ini paralel dengan yang sedang dilakukan oleh Kementerian.

Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi
Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi

“Program BIRU menjadi salah satu contoh relevan dan strategis jika melibatkan koperasi, karena koperasi melibatkan individu yang sangat luas. Contohnya, pemberdayaan holtikultura di Ciwidey yang dilibatkan melalui kementerian dan para petani tersebut merupakan anggota yang tergabung dalam koperasi. Hal tersebut dapat mengonsolidasi secara kolektif dari tanah petani yang akhirnya dapat terkoleksikan secara luas. Di sinilah terlihat bahwa peran koperasi sangat besar dalam menghimpun, menyinkronisasi dan mengelola hasil dari petani dan dapat melakukan sinkronisasi pula terhadap sasaran pemasaran yang tepat bagi konsumen, serta pemilihan benih dan pupuk yang tepat,” ujar Ahmad Zabadi 

Selain Kementerian Koperasi dan UKM, pihak Bappeda Provinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh Hermawan juga turut menyampaikan beberapa poin penting terutama perkembangan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. “Di Jawa Tengah, program ekonomi hijau menjadi salah satu transformasi dan menjadi program yang telah dicanangkan oleh Pemprov Jawa Tengah, yang mana bertujuan sebagai bentuk peningkatan kesejahteraan dan kesetaraan sosial di masyarakat, sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan, yang mana hal tersebut sejalan dengan program yang sedang dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi. Selain itu, pada rancangan RPJPD Pemprov Jawa Tengah telah menyusun bagian program ekonomi hijau yang mana sejalan dengan Visi Pemprov Jawa Tengah yaitu “Jawa Tengah Maju, Sejahtera, Berbudaya, Berkelanjutan sebagai Penumpu Pangan dan Industri Nasional”. Adapun yang menjadi perhatian khusus dari Pemprov Jawa Tengah yakni persoalan payung hukum yang menaungi program Koperasi Hijau di Indonesia untuk ke depannya yang harapannya bisa diadvokasi untuk menaungi kepentingan tersebut secara berkelanjutan,” jelas Hermawan. 

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan aktivitas diskusi dan berbagi cerita baik dengan tajuk pembahasanTransisi Menuju Koperasi Hijau yang Adaptif Perubahan Iklim”. KSPSS Usaha Syariah Bersama (USB) Pati bekerja sama dengan pihak ketiga, salah satu contohnya dengan GP Ansor Kecamatan Margoyoso untuk pengelolaan sampah plastik yang dilatarbelakangi oleh banyaknya pedagang kaki lima yang pengelolaan sampah plastiknya tidak terkelola dengan baik. 

KK Gardu Tani Gedong Songo yang mana pada awalnya terbentuk karena kelompok-kelompok tani kecil di wilayah Ungaran, dengan tantangan utama yakni berkaitan dengan permasalahan permodalan. Ketika bergabung melalui proyek GENCAR, manfaat tersebut dapat langsung dirasakan oleh koperasi yang bergabung dengan organisasi pengelolaan sampah yang sudah ada, yaitu Rompal. Hal tersebut dapat membangun kerjasama terutama untuk meningkatkan skema pendanaan untuk operasional. Selain pengelolaan sampah, koperasi juga terlibat langsung dalam penjagaan dan pengelolaan sumber daya air di wilayah sekitar koperasi. Bahkan sampai saat ini, koperasi terus turut menjaga kondisi tanah dan air dalam upaya melakukan agroforestri di wilayah Gedongsongo.

General Manager KSP Qaryah Thayyibah, Ita Fitriana
General Manager KSP Qaryah Thayyibah, Ita Fitriana

General Manager KSP Qaryah Thayyibah, Ita Fitriana turut membagikan cerita baiknya mengenai peran koperasi, dikatakan bahwaKoperasi memiliki modal sosial yang sangat kuat, sesuai jumlah anggota yang mana tidak bisa dibilang sedikit, koperasi dapat menjadi agen penggerak bagi lingkungan sekitarnya. Anggota koperasi yang rata-rata berprofesi sebagai peternak, yang terus dilakukan pemberian modal bagi peternak dalam pembentukan ekosistem biogas yang mana menjadi salah satu kebijakan yang sedang dirancang oleh koperasi,” ujar Ita.

KSPSS Tebar Boyolali berbagi pengalaman tentang integrated organic farming pada tahun 90’an awal. Koperasi dapat menjadi wadah strategis bagi orang-orang yang bergerak untuk mengampanyekan isu lingkungan yang mana jangan hanya sebatas pada pemutaran ekonomi dari kegiatan koperasi, tetapi juga melakukan penanaman ideologi yang berbasis pada green cooperative. KSPSS Tebar juga telah mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan dengan menginisiasi pembagian bibit tanaman yang nantinya ditanam di tempat masing-masing. 

Naneth salah satu panelis menyampaikan bahwa proyek GENCAR ini dapat menjadi berkah bagi semua pihak. Di saat persaingan semakin ketat, koperasi harus memadukan bagaimana sistem keberlanjutan, bagaimana komunitas bisnisnya bisa terjaga, dan bagaimana kita menghadapi tantangan dengan pihak-pihak yang memiliki permodalan lebih besar.

Deputi Perkoperasian Kemenkop dan UKM Bapak Wisnu Gunadi mengutarakan bahwa koperasi selalu menjadi garda terdepan setiap kali membicarakan isu lingkungan, stabilitas harga, ketahanan pangan, dan yang lainnya. Menurutnya, anak muda menjadi harapan besar untuk meningkatkan program koperasi, ekonomi hijau, yang harus terus beradaptasi sesuai perkembangan. Sumber daya manusia pada bidang koperasi harus mampu menjawab perubahan yang sangat cepat, perlu membangun gagasan baru bagaimana ide-ide baik berikutnya dapat tercipta demi keberlangsungan program koperasi yang tidak didapatkan di masa-masa sebelumnya.

Yohanes Deo perwakilan Puskopdit Caraka Utama Lampung menjelaskan, koperasi di Lampung menerapkan sejumlah parameter khusus dalam proses pemberian pinjaman kepada anggotanya. Salah satu aspek penting yang menjadi pertimbangan adalah dampak lingkungan dari aktivitas yang dibiayai. Koperasi di wilayah ini tidak hanya fokus pada aspek finansial, tetapi juga berkomitmen untuk memperhatikan bagaimana kegiatan yang didukung mempengaruhi lingkungan sekitar. Lebih lanjut, Yohanes Deo menjelaskan bahwa koperasi di Lampung secara aktif mendorong anggotanya untuk mengelola limbah dengan lebih baik, khususnya limbah ternak. Dengan mengedepankan pengelolaan limbah yang efektif, koperasi berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendukung keberlanjutan ekosistem lokal. Inisiatif ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan perlindungan lingkungan. 

Wisnu Gunadi menambahkan, bahwa lanskap bisnis di masa depan akan sangat dinamis dan mengalami perkembangan yang cepat. Dalam konteks ini, ekonomi hijau muncul sebagai peluang strategis bagi koperasi untuk memperluas jangkauan bisnis mereka di luar aktivitas inti mereka. Meskipun koperasi simpan pinjam biasanya dihadapkan pada berbagai batasan operasional, Wisnu menegaskan bahwa koperasi masih memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan pihak ketiga. Melalui kerjasama ini, koperasi dapat mengeksplorasi dan menjalankan usaha-usaha turunan yang berhubungan dengan prinsip koperasi hijau. Pendekatan ini memungkinkan koperasi untuk tidak hanya memenuhi tanggung jawab lingkungan mereka tetapi juga meraih manfaat tambahan dari sektor ekonomi hijau yang sedang berkembang pesat.

Wisnu Gunadi menambahkan, bahwa lanskap bisnis di masa depan akan sangat dinamis dan mengalami perkembangan yang cepat
Wisnu Gunadi menambahkan, bahwa lanskap bisnis di masa depan akan sangat dinamis dan mengalami perkembangan yang cepat

Kegiatan seminar pembelajaran diakhiri dengan penandatanganan dan pembacaan deklarasi oleh keempat pihak yang menjadi penerima manfaat dari program GENCAR.

Ditulis oleh: Danti Wulan Manunggal & Mohammad Noufal

Disunting oleh: Fauzan Ramadhan 

30 Juli 2024