Penerapan Semen Beku Sexing untuk Peningkatan Populasi Sapi Perah Pasca Wabah PMK
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi dua tahun lalu menimbulkan dampak kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternakan sapi di Indonesia. Dampak langsung yang sangat dirasakan oleh peternakan sapi perah adalah penurunan populasi sapi perah karena kematian, potong paksa, hingga afkir karena produkifitas yang menurun. Penurunan populasi diikuti oleh penurunan produksi susu yang signifikan karena virus PMK, efek terjadinya mastitis serta banyaknya susu berresidu antibiotik sebagai hasil penanganan PMK. Hal ini dipandang perlu adanya percepatan populasi sapi betina produktif. Cara yang paling efektif, ekonomis dan efisien adalah dengan memperbanyak populasi betina dari pedet yang lahir betina.
Pemanfaatan semen sexing dalam inseminasi buatan adalah strategi yang sangat efektif untuk meningkatkan populasi ternak perah serta dapa meningkatkan efisiensi pemeliharaan ternak. Semen sexing merupakan hasil teknologi reproduksi, hasil dari pemisahan semen berdasarkan kromosom jenis kelamin (X dan Y). Inseminasi buatan dengan semen sexing memungkinkan peternak untuk lebih mudah memilih jenis kelamin anak sapi yang diinginkan. Secara keseluruhan, semen yang telah diseleksi jenis kelamin berpotensi besar untuk meningkatkan efisiensi produksi, kesejahteraan hewan, dan keuntungan ekonomi dalam industri susu. Semen beku sexing yang dihasilkan oleh Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari memiliki kualias post thawing motilisation (PTM) yang berstandar nasional (SNI), sehingga akan menghasilkan angka kebuntingan yang tinggi pada indukan dengan kualitas reproduksi dan pengamatan birahi yang cermat.
Keuntungan utama dalam penggunaan semen sexing dalam aplikasi inseminasi buatan yaitu dapat meningkatkan efisiensi produksi. Kromosom XX yang telah dipisahkan dengan kromosom Y secara ilmiah akan menghasilkan pedet betina. Pedet betina inilah yang nantinya menjadi cikal bakal produksi susu. Program ini mampu mengoptimalkan populasi sapi laktasi dan jangka Panjang meningkatkan produksi susu. Lahirnya pedet jantan dari program ini menjadi keuntungan tersendiri bagi peternak agar semua potensi pakan, potensi tenaga kerja lebih terfokus untuk sapi betina. Kebanyakan peternak menganggap pedet jantan kurang berkontribusi pada perkembangan populasi sapi perah dan dianggap tidak memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Secara langsung penggunaan semen sexing, memiliki keuntungan untuk peternak agar dapat terfokus pada proses pembentukan betina produktif.
Program percepatan populasi sapi perah dengan semen sexing harus diikuti dengan good management dairy practice. Langkah dukungan pertama adalah meningkatkan angka kebuntingan hasil inseminasi buatan dengan semen sexing. Manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang mencukupi kebutuhan induk sapi perah, merupakan salah satu bentuk dukungan mempersiapkan akseptor dengan kualitas birahi yang eligible (baik). Peternak juga harus melakukan deteksi birahi yang efektif, cermat dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Pengamatan awal tanda birahi dan akhir masa birahi sangat menentukan kapan waktun yang tepat untuk dilakukan inseminasi buatan. Inseminasi buatan yang terlalu dini di awal birahi atau terlambat (telah melewati akhir birahi) harus dihindari karena memicu angka kebuntingan yang rendah. Pencatatan birahi dan pelaksanaan inseminasi buatan juga menjadi critical poin yang harus ditingkatkan untuk langkah evaluasi keberhasilan program.
Langkah dukungan kedua adalah Teknik evaluasi kebuntingan pasca inseminasi buatan semen sexing. Beberapa parameter evaluasi keberhasilan inseminasi buatan adalah non-return rate, service per conception, conception rate dan pregnancy rate. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan dengan palpasi rectal pada 2 bulan setelah insemenasi buatan terahir. Langkah dukungan ketiga adalah penyelamatan pedet hasil sexing. Induk yang telah dinyatakan bunting harus benar benar dijaga agar kebuntingan selamat hingga pedet dilahirkan. Peternak harus menjage kebuntingan dari beberapa hal penyebab keguguran seperti stress, obat, hormonal, traumatic atau penyakit penyakit infeksius.
Langkah dukungan keempat adalah tindakan penyelamatan pedet yang dilahirkan. Peternak harus meningkatkan kembali kemampuan untuk SOP penanganan kelahiran pedet. Dara bunting tua atau induk yang telah masuk ke dalam fase transisi (dry off) sebaiknya diberikan tempat khusus di dalam kandang beranak (maternity barn) yang kering, bersih dan nyaman. Pedet yang lahir harus segera mendapatkan kolostrum dari induk tervaksinasi PMK. Kolostrum dari induk tervaksin PMK memiliki maternal antibody, yang membekali pedet dengan daya tahan tubuh terhadap penyakit secara umum dan PMK secara khusus. Perawatan tali pusar menjadi SOP wajib bagi pedet baru lahir, yaitu dengan dipping atau penyemprotan iodin 7%. Dipping tali pusar ini mencegah terjadinya infeksi dari tali pusar yang ditandai dengan keradangan tali pusar (omphalitis), hernia, dan abses.
Program percepatan populasi sapi perah dengan semen beku sexing ini diharapkan diikuti dengan perbaikan seluruh manajemen pemeliharaan sapi perah. Tujuan menghasilkan pedet betina yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dihasilkan dari proses produksi pedet yang murah. Hal–hal yang terkait dengan biaya produksi pedet sexing adalah biaya pakan per hari, biaya operasional per hari, angka kebuntingan, jarak antar kelahiran dan angka kematian pedet. Biaya pakan dan biaya operasional berjalan sesuai dengan potensi sumber daya pakan dan tenaga kerja yang telah ada. Angka kebuntingan dapat ditingkatkan dengan pengamatan birahi efektif, pelaksanaan inseminasi bautan tepat waktu, serta pelaksanaan inseminasi buatan lege artis. Jarak antar kelahiran pada sapi yang dikelola dengan manajemen yang baik akan mencapai target satu pedet dalam satu tahun. Pedet yang dihasilkan juga harus memiliki daya hidup dan angka panen yang tinggi. Kejadian kematian pedet karena gangguan pencernakan, gangguan pernafasan, gangguan tali pusar, hair ball, traumatic harus benar benar dihindari agar angka kematian pedet seminimal mungkin. Program inseminasi buatan dengan semen beku sexing pada sapi perah harus dilakukan dibanyak tempat agar populasi berkembang dengan cepat untuk mendukung ketercukupan kebutuhan susu dalam negeri.
Ditulis oleh: Muhammad Ilham
Disunting oleh: Fauzan Ramadhan