Saluran Tarum Barat atau dikenal dengan Kalimalang merupakan salah satu sumber daya air permukaan yang berperan sangat penting karena dimanfaatkan oleh berbagai sektor, baik itu sebagai sumber air baku, industri, irigasi, perikanan, pertanian, dan berbagai kebutuhan lainnya terutama sebagai pasokan air baku warga Jakarta dan sekitarnya. Perubahan fungsi dan peruntukan Kawasan DAS menjadi Kawasan berbagai aktivitas usaha, pertanian, maupun pemukiman akan menurunkan tingkat daya tahan (rentesi/daya simpan) air serta pasokan air di Kalimalang. Hal ini berpotensi menurunkan kualitas sebagai akibat adanya berbagai sumber pencemar yang berasal dari berbagai aktivitas tersebut. Program “Melihat, Berbagi, dan Bekerja untuk Kalimalang” atau HATI Kalimalang dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) berkolaborasi dengan Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI). Program Hati Kalimalang bertujuan untuk mendorong pembentukan gerakan dan kolaborasi bersama yang melibatkan berbagai elemen dari unsur pemerintah, badan usaha, serta masyarakat dan komunitas setempat dalam aksi dan pemantauan jangka panjang untuk mengurangi pencemaran air serta meningkatkan kualitas air Kalimalang.
Rangkaian kegiatan meliputi diskusi terarah, lokakarya, dan diskusi tim perumus rencana aksi telah dilaksanakan sejak Juni hingga Agustus 2022 dengan melibatkan perwakilan berbagai pihak dari pemangku kepentingan kunci. Dari unsur regulator dan operator diwakili oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, DLH Kabupaten Karawang, kemudian dari pihak badan usaha yaitu PT. Cikarang Listrindo, PT. Jababeka, PDAM Tirta Bhagasasi, PAM Jaya, dan Non-Government Organisation (NGO) yaitu Save Kali Cikarang, IUWASH Tangguh, dan PPK DAS Citarum (Satgas Citarum Harum). Rangkaian kegiatan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi apa saja permasalahan yang ada di Kalimalang dan bagaimana intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut.
Kegiatan diskusi terarah berfokus pada dua agenda utama yaitu diskusi interaktif dan diskusi kelompok. Pada sesi diskusi interaktif menghadirkan dua orang narasumber yaitu dari Kepala Bidang Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air BBWS Citarum, Bapak Abdul Ghoni Majdi dan Manajer program pemeliharaan dan Monev Sumber Daya Air dan Listrik (SDAL), Divisi Operasi dan Pemeliharaan SDAL PJT II, Bapak Kuntara Ramdhana. Kedua narasumber lebih lanjut menyampaikan upaya-upaya yang telah dilakukan, tantangan yang dihadapi, dan peluang kolaborasi yang dapat dilakukan bersama-sama. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk melakukan identifikasi mengenai harapan, peran, kontribusi, dan gagasan berdasarkan pengelompokan tiga entitas yaitu kelompok regulator dan operator, kelompok badan usaha, dan kelompok masyarakat dan NGO atau komunitas.
Kemudian, pada kegiatan lokakarya berfokus pada bagaimana para pemangku kepentingan kunci memetakan permasalahan di Kalimalang dan mengidentifikasi cara-cara penanganan permasalahan tersebut. Beberapa permasalahan yang terpotret diantaranya adalah: 1) Keterlanjuran pemanfaatan bantaran secara non-prosedural yang mengganggu fungsi Kalimalang; 2) Dampak negatif dari pemanfaatan, pengelolaan lahan SDA di hulu terhadap kuantitas dan kualitas air di Kalimalang; 3) Potensi dari sumber daya dari para pemangku kepentingan yang belum didayagunakan secara kolaboratif. Gagasan-gagasan yang muncul dalam lokakarya kemudian disusun dengan pendekatan teori perubahan. Lokakarya ini juga menghasilkan terbentuknya tim perumus rencana aksi, yang kemudian menjadi representatif dari para pemangku kepentingan kunci dalam kolaborasi ini.
Selanjutnya, lokakarya terbatas tim perumus rencana aksi dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut untuk merumuskan secara rinci terkait rencana dan langkah-langkah strategis yang dapat diimplementasikan ke dalam sebuah aksi bersama untuk meningkatkan kualitas air Kalimalang. Dalam prosesnya, lokakarya terbatas ini peserta dibagi ke dalam tiga kelompok untuk membahas tiga isu strategis dengan alat bantu sebuah canvas (banner) sebagai media pengerjaan proses menyusun kerangka aksi bersama. Metode ini bertujuan agar peserta dapat mengerjakan tugasnya dengan saling melihat keterhubungan dengan apa yang dikerjakan oleh kelompok lain.